SAP 14 Teori Media dan Efek

Buku Ill Effect: The Media/Violence Debate mempersoalkan klain tentang effek kekerasan di media yang selama ini dianggap sangat kuat. Menurut Barker dan Petley (2001), editor buku Ill Effect, klaim tentang kemungkinan efek media tidak hanya salah, tapi juga gila. Alasannya mereka yang mengajukan klaim terus menerus itu mengajukan pertanyaan yang salah. Pertanyaan mereka memiliki status yang sama dengan yang, selama berabad-abad bersikeras bertanya apakah penyakit manusia, kematian babi, badai petir, dan kegagalan tanam adalah hasil dari sihir. Kekeliruannya adalah bahwa kita harus pertama tama memiliki sihir agar pertanyaan tersebut masuk akal.

Alasan utama kenapa pertanyaan-pertanyaan tersebut salah adalah karena tidak ada yang namanya kekerasan di media yang memiliki efek dapat merusak-atau menguntungkan. Adalah bodoh apabila bertanya apa efek dari media tanpa pada saat yang sama bertanya di mana, kapan, dan dalam konteks apa jenis kekerasan tertentu digunakan. Menurut Barker dan Petley (2001) pertanyaan palsu tersebut tidak mudah dibuang, dan klaim selanjutnya bahwa kekerasan media melakukan fungsi sosial dan politik yang penting tak berbeda dengan tuduhan sihir pada era sebelumnya.  Penelitian Schlesinger (dalam Barker dan Petley, 2001) menyimpulkan masalahnya bukan apakah penggambaran kekerasan meningkatkan kekerasan serupa, tetapi perasaan dan reaksi di antara orang orang yang secara nyata atau potensial menjadi korban kekerasan. Salah satu proposisi sentral mereka, yaitu agar memahami arti ‘kekerasan’ di media, kita harus mengerti kode moral yang dibawa oleh audiens yang berbeda saat mereka menonton. Bukti lain dikutip Barker dan Petley dari Penelitian Hill. Menurut Hill, penonton film-film kekerasan memiliki ‘portofolio interpretasi’, sebuah konsep yang ia gunakan untuk menangkap cara orang memahami film kekerasan. ‘Portofolio’ ini meliputi: Kesadaran bahwa film kekerasan menguji penonton dengan berbagai cara; antisipasi dan persiapan sebagai aspek penting dari kenikmatan menonton film kekerasan; membangun hubungan dan terlibat dengan karakter layar tertentu, sementara membangun jarak yang aman dari orang lain; memainkan berbagai metode untuk menyensor kekerasan sendiri; memanfaatkan gambar kekerasan sebagai alat untuk menguji batas-batas pribadi dan sebagai cara yang aman (dalam lingkungan fiksi yang jelas) dari menafsirkan dan berpikirtentang kekerasan; secara aktif membedakan antara kekerasan dalam kehidupan nyata dan kekerasan fiksi.

 

Pertanyaan Penelitian: Bagaimana pemilih merespon disinformasi yang disebarkan melalui sosial media oleh robot politik dalam kampanye Pilkada 2020?

Leave a comment

Filed under Uncategorized

Leave a comment